Terimakasih. Saya sangat menghargai karya.

< !- START disable copy paste -->

Rabu, 01 Januari 2025

PUTIBAR - Puisi Tiga Paragraf

Puisi menjadi salah satu materi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Sesuai dengan capaian umum pembelajaran Bahasa Indonesia pada elemen menulis yang salah satunya adalah Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan serta menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis. Alur Tujuan Pembelajaran dari CP ini bisa dirumuskan menjadi Mengkreasi gagasan atau pesan tertulis untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dalam bentuk teks fiksi, misalnya menulis puisi berdasarkan peristiwa aktual yang terjadi atau melalui media yang disajikan. Puisi sendiri memiliki berbagai genre atau jenis, masing-masing memiliki karakteristik sendiri. Kita telah mengenal puisi lama seperti pantun, Syair, Gurindam, maupun Mantra. Ada juga puisi modern seperti Puisi Lirik, Puisi Bebas, Puisi Epik, Puisi satire, maupun Puisi Sonet. Kita juga mengenail puisi kontemporer seperti puisi prosa, Puisi visual, maupun puisi konkret. Perkembangan zaman saat ini juga memengaruhi karya sastra termasuk dunia puisi. Puisi-puisi saat ini mengeksplorasi lebih banyak tema. termasuk isu-isu kemanusiaan, sosial, lingkungan, bahkan identitas budaya. Saat ini kita mengenal puisi kontemporer yaitu jenis puisi yang muncul dan berkembang saat ini di masa kini. Puisi kontemporer memiliki ciri utama lebih bebas dan tidak begitu terikat oleh aturan baku penulisan puisi. Sehingga dihasilkanlah puisi dengan gaya bahasa yang unik yang seringkali menciptakan estetika yang menarik. Teknologi yang makin masif juga ikut berdampak pada perkembangan puisi. Adanya media sosial semakin memudahkan penulis puisi untuk membagikan karya. Membentuk ekspresi yang kuat dalam menyampaikan pesan hingga menyentuh perasaan bahkan juga mampu membentuk identitas suatu bangsa. Hingga saat ini puisi berkembang sesuai dengan dinamika masyarakat, perubahan sosial atau politik. Perkembangan masyarakat yang kini lebih memilih praktis ikut menggeser pemaknaan dalam puisi. Menulis puisi dengan bait yang panjang, mungkin dirasa kurang efektif saat ini. Pembaca, terutama pembaca media sosial lebih memilih konten yang efektif dan efisien. Puisi pun ikut menyesuaikan diri dengan adanya jenis puisi Haiku, Puisi Tangga, maupun PUTIBAR. Jenis puisi-puisi ini hadir dalam menjawab tantangan sastrawan dalam dunia yang serba cepat. PUTIBAR Merupakan akronim dari PUisi TIga BARis buah dari pemikiran sastrawan sekaligus dosen di Universitas Negeri Surabaya, Tengsoe Tjahjono. PUTIBAR ini sejenis PUTIBA - PUisi TIga BAit yang dikenalkan juga oleh beliau. Menulis puisi hanya dalam tiga baris, tentu menarik tantangan tersendiri. Karena penulis puisi harus mampu menuliskan puisi yang sarat makna dengan tetap memertimbangkan diksi, rima dan irama serta suasana dalam tema tertentu. PUTIBAR memang belum dikenal secara luas, namun dalam keseharian kita sering kali tanpa sengaja menulis puisi pendek yang cirinya lebih berterima dengan PUTIBAR. Sesuai namanya, puisi ini hanya disajikan dalam tiga baris. lebih ringkas dengan harapan mampu menjawab tantangan zaman yang serba berbegas. Dengan hanya tiga baris, penulis puisi ditantang untuk lebih memadatkan pemaknaan. Pada segi pembaca, puisi tiga baris menawarkan kesempatan membaca lebih cepat dan merefleksi karya puisi di tengah aktivitanya. Berbeda dengan Haiku yang memiliki pola 5-7-5, PUTIBAR tidak memiliki aturan pola khusus namun umumnya setiap baris memiliki jumlah maksimal tujuh kata. Jikapun lebih dari tujuh kata biasanya akan bergeser ke baris baru. Prinsip dari pola PUTIBAR adalah ringkas dan efektif dengan tetap memerhatikan unsur diksi, irama dan bentuk yang harus hadir secara padu. Contoh PUTIBAR Karya Tengsoe Tjahjono Di remang pagi Suara ayam mengusir malam Sepi semakin merapat. Di ujung jalan Aku mendengar desah daun kering Tertinggal jejak kaki. PUTIBAR bisa menjadi alternatif pemilihan genre sastra dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, seperti dalam Pertemuan awal di semester ini. Bagaimana proses dan hasilnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar