Terimakasih. Saya sangat menghargai karya.

< !- START disable copy paste -->

Rabu, 01 Januari 2025

PUTIBAR - Puisi Tiga Paragraf

Puisi menjadi salah satu materi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Sesuai dengan capaian umum pembelajaran Bahasa Indonesia pada elemen menulis yang salah satunya adalah Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan serta menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis. Alur Tujuan Pembelajaran dari CP ini bisa dirumuskan menjadi Mengkreasi gagasan atau pesan tertulis untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dalam bentuk teks fiksi, misalnya menulis puisi berdasarkan peristiwa aktual yang terjadi atau melalui media yang disajikan. Puisi sendiri memiliki berbagai genre atau jenis, masing-masing memiliki karakteristik sendiri. Kita telah mengenal puisi lama seperti pantun, Syair, Gurindam, maupun Mantra. Ada juga puisi modern seperti Puisi Lirik, Puisi Bebas, Puisi Epik, Puisi satire, maupun Puisi Sonet. Kita juga mengenail puisi kontemporer seperti puisi prosa, Puisi visual, maupun puisi konkret. Perkembangan zaman saat ini juga memengaruhi karya sastra termasuk dunia puisi. Puisi-puisi saat ini mengeksplorasi lebih banyak tema. termasuk isu-isu kemanusiaan, sosial, lingkungan, bahkan identitas budaya. Saat ini kita mengenal puisi kontemporer yaitu jenis puisi yang muncul dan berkembang saat ini di masa kini. Puisi kontemporer memiliki ciri utama lebih bebas dan tidak begitu terikat oleh aturan baku penulisan puisi. Sehingga dihasilkanlah puisi dengan gaya bahasa yang unik yang seringkali menciptakan estetika yang menarik. Teknologi yang makin masif juga ikut berdampak pada perkembangan puisi. Adanya media sosial semakin memudahkan penulis puisi untuk membagikan karya. Membentuk ekspresi yang kuat dalam menyampaikan pesan hingga menyentuh perasaan bahkan juga mampu membentuk identitas suatu bangsa. Hingga saat ini puisi berkembang sesuai dengan dinamika masyarakat, perubahan sosial atau politik. Perkembangan masyarakat yang kini lebih memilih praktis ikut menggeser pemaknaan dalam puisi. Menulis puisi dengan bait yang panjang, mungkin dirasa kurang efektif saat ini. Pembaca, terutama pembaca media sosial lebih memilih konten yang efektif dan efisien. Puisi pun ikut menyesuaikan diri dengan adanya jenis puisi Haiku, Puisi Tangga, maupun PUTIBAR. Jenis puisi-puisi ini hadir dalam menjawab tantangan sastrawan dalam dunia yang serba cepat. PUTIBAR Merupakan akronim dari PUisi TIga BARis buah dari pemikiran sastrawan sekaligus dosen di Universitas Negeri Surabaya, Tengsoe Tjahjono. PUTIBAR ini sejenis PUTIBA - PUisi TIga BAit yang dikenalkan juga oleh beliau. Menulis puisi hanya dalam tiga baris, tentu menarik tantangan tersendiri. Karena penulis puisi harus mampu menuliskan puisi yang sarat makna dengan tetap memertimbangkan diksi, rima dan irama serta suasana dalam tema tertentu. PUTIBAR memang belum dikenal secara luas, namun dalam keseharian kita sering kali tanpa sengaja menulis puisi pendek yang cirinya lebih berterima dengan PUTIBAR. Sesuai namanya, puisi ini hanya disajikan dalam tiga baris. lebih ringkas dengan harapan mampu menjawab tantangan zaman yang serba berbegas. Dengan hanya tiga baris, penulis puisi ditantang untuk lebih memadatkan pemaknaan. Pada segi pembaca, puisi tiga baris menawarkan kesempatan membaca lebih cepat dan merefleksi karya puisi di tengah aktivitanya. Berbeda dengan Haiku yang memiliki pola 5-7-5, PUTIBAR tidak memiliki aturan pola khusus namun umumnya setiap baris memiliki jumlah maksimal tujuh kata. Jikapun lebih dari tujuh kata biasanya akan bergeser ke baris baru. Prinsip dari pola PUTIBAR adalah ringkas dan efektif dengan tetap memerhatikan unsur diksi, irama dan bentuk yang harus hadir secara padu. Contoh PUTIBAR Karya Tengsoe Tjahjono Di remang pagi Suara ayam mengusir malam Sepi semakin merapat. Di ujung jalan Aku mendengar desah daun kering Tertinggal jejak kaki. PUTIBAR bisa menjadi alternatif pemilihan genre sastra dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, seperti dalam Pertemuan awal di semester ini. Bagaimana proses dan hasilnya?

Senin, 19 Februari 2024

Bapak Teknologi Indonesia B.J Habibie (X-BD.1)

 Bapak Teknologi Indonesia B.J Habibie

Disusun oleh: Nafila Septia R/24

bj habibie.jpg

B.J. Habibie kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan (sebagai presiden), B. J. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek. B. J. Habibie merupakan presiden Indonesia pertama yang terlahir di luar Jawa dan berasal dari etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan ayahnya yang berasal dari Kabila, Gorontalo dan etnis Jawa dari ibunya yanga berasal dari Yogyakarta. Saat ini, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah membangun Monumen B.J. Habibie di depan pintu gerbang utama Bandar Udara Djalaluddin, di Kabupaten Gorontalo. Selain itu, masyarakat Provinsi Gorontalo pun sempat mengusulkan nama B.J. Habibie digunakan sebagai nama universitas negeri setempat, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo yang masih digunakan.

Bacharuddin Jusuf Habibie (B. J. Habibie) merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian yang berasal dari etnis Gorontalo, sedangkan ibunya berasal dari etnis Jawa. Alwi Abdul Jalil Habibie (ayah dari B.J. Habibie) memiliki marga "Habibie", salah satu marga asli dalam struktur sosial Pohala'a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di Gorontalo. Sementara itu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (ibu dari B.J. Habibie) merupakan anak seorang dokter spesialis mata di Yogyakarta dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah. Marga Habibie dicatat secara historis berasal dari wilayah Kabila, sebuah daerah di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Dari silsilah keluarga, kakek dari B.J. Habibie merupakan seorang pemuka agama, anggota majelis peradilan agama, serta salah satu pemangku adat Gorontalo yang tersohor pada saat itu. Keluarga besar Habibie di Gorontalo terkenal gemar beternak sapi, memiliki kuda dalam jumlah yang banyak, serta memiliki perkebunan kopi.

Pernikahan

Perkenalan keduanya bermula sejak masih remaja, ketika keduanya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama hingga berlanjut ketika bersekolah di SMA Kristen Dago Bandung, Jawa Barat. Komunikasi mereka akhirnya terputus setelah Habibie melanjutkan kuliah dan bekerja di Jerman Barat, sementara Ainun tetap di Indonesia dan berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung.  Akad nikah Habibie dan Ainun digelar secara adat dan budaya Jawa, sedangkan resepsi pernikahan digelar keesokan harinya dengan adat dan budaya Gorontalo  di Hotel Preanger.  Ketika menikah dengan Habibie, Ainun dihadapkan dengan dua pilihan, memilih untuk tetap bekerja di rumah sakit anak-anak di Hamburg atau berperan serta berkarya di belakang layar sebagai istri dan ibu rumah tangga. Dari pernikahan keduanya, Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

Pekerjaan dan karir

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman Barat. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan Presiden Soeharto untuk bekerja di dalam pemerintahan. Ia tiba di Indonesia pada tanggal 14 Desember 1973. Pekerjaan pertama yang diberikan kepadanya ialah sebagai Kepala Divisi Teknologi Maju dan Teknologi Penerbangan di Pertamina. Jabatannya merupakan bagian dari Departemen Pertambangan dan Energi. Masa jabatannya hanya berlangsung singkat. Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie saat menjabat Menristek diawalinya dengan keinginannya untuk mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, lompatan-lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT IPTN, PT Pindad, dan PT PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, ketika menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih secara aklamasi menjadi Ketua ICMI pada tanggal 7 Desember 1990. Puncak karier Habibie terjadi pada tahun 1998, di mana saat itu ia diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7 (menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.


Tentang penulis
Nafila Septia merupakan siswa di SMK Negeri 4 Surabaya. Tulisan ini adalah hasil belajarnya mengenal tokoh yang diidolakan. Metode menulis yang digunakan adalah literature, yaitu metode menulis dengan mengambil dari berbagai pustaka. 


Selasa, 23 Februari 2021

Latihan KD Cerpen dan Hikayat


                                                    Ket. Gambar: Pixabay.com



 Latihan Soal KD Cerpen dan Hikayat

Kelas X

 

Maka anakanda yang mulia baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.

1. Kata “yang mulia baginda” dalam penggalan hikayat di atas menggunakan majas...
a. antonomasi
b. metafora
c. hiiperbola
d. simile
e. personifikasi

2. Kata arkais yang bercetak tebal pada penggalan hikayat di atas memiliki makna...
a. diusir
b. diperintah
c. diminta
d. diizinkan
e. dipanggil

3. Nilai yang terkandung dalam penggalan hikayat di atas adalah...
a. nilai agama
b. nilai sosial
c. nilai estetika (keindahan)
d. nilai edukasi (pendidikan)
e. nilai budaya

4.  Hikayat adalah salah satu jenis cerita rakyat yang disajikan dengan menonjolkan unsur penceritaan berciri....
a. cerita yang dibuat-buat oleh pengarangnya
b. kepandaian dan kecerdasan tokoh-tokohnya
c. kesaktian dan keunggulan ceritanya
d. kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya
e. kemustahilan dan kepandaian tokoh-tokohnya

5. Berikut ini adalah ciri-ciri hikayat, kecuali ….
a. Anonim                                                     d. Lisan




b. Khayal                                                      e. Istana sentries
c. Logis

6. Hikayat Amir Hamzah mendapat pengaruh dari ….
a. Melayu asli                                                d. Sumatera
b. Jawa                                                          e. 
Arab
c. India

Bacalah sepenggal hikayat berikut ini untuk menjawab soal nomor 7 – 9
       
Alkisah, ini hikayat orang dahulu kala. Diceritakan orang yang empunya cerita ini kisah pelanduk jenaka pri bijaksana pandai ia berbuat dusta segala binatang di dalam hutan rimba belantara. Demikianlah bunyinya, sekali peristiwa ada seekor pelanduk, maka ia duduk kepada suatu rimba hampir dengan Gunung Indrakila namanya disebut orang dan padang itupun … luasnya. Maka, banyaklah pada tempat itu segala binatang marga satwa sekaliannya berhimpun di sana.

7. Judul yang sesuai untuk penggalan hikayat di atas adalah ….
a. Hikayat Pelanduk Jenaka                          d. Hikayat Orang Dahulu Kata
b. Hikayat Gunung Indrakila                        e. Hikayat Seekor Binatang
c. Hikayat Si Pendusta

8.  Penggalan hikayat di atas menggunakan sudut pandang….
a. Orang pertama                                          d. Orang kedua
b. Orang pertama pelaku utama                   
e. Orang ketiga
c. Orang pertama pelaku sampingan

9. Latar tempat dari penggalan hikayat tersebut adalah….   
a. Gunung Indrakila                                     
d. Hutan rimba
b. Padang rumput                                         e. Kebun Binatang
c. Marga Satwa

10. Karya sastra lama yang berbentuk prosa yang mengisahkan kehidupan seputar kerajaan disebut......
A. Dongeng
B. Hikayat
C. Fabel
D. Fiksi

11. Unsur instristik dalam hikayat antara lain adalah.....
A. Orientasi,pemenuhan
B. Tema,alur
C. Event, krisis
D. Latar, reaksi

12. Bahasa yang digunakan hikayat adalah....
A. Bahasa Melayu
B. Bahasa Jawa
C. Bahasa Sulawesi
D. Bahasa Banjarmasin

13. (1) bersifat imajinasi
    (2) mengisahkan tentang kerajaan
    (3) nama penciptanya tidak diketahui
    (4) bersifat menyindir
    (5) bersifat menghibur

Nomor berapakah yang merupakan ciri-ciri hikayat?
A. (1), (3), (5)
B. (2), (4), (5)
C. (1), (2), (3)
D. (1), (4), (5)

14. Unsur ekstrinsik di hikayat adalah.....
A. Berhubungan dengan norma
B. Berhubungan dengan tokoh
C. Berhubungan dengan amanat
D. Berhubungan dengan fisik

15. Bacalah teks hikayat berikut dengan saksama!

Sebermula ada pun yang berjalan itu pertama Maharaja Dandah, kemudian menjadi saya pikir itu Maharaja Baruang, dan menjadi kepala jalan Maharaja Syahmar dan Raja Perkasa yang menjadi ekor sekali, dan beberapa pula raja-raja sekalian isi rimba itu berjalan dengan segala rakyat tentaranya mengirimkan Tuan Syekh Alim di rimba itu serta dengan tempik soraknya. Adalah lakunya seperti halilintar membelah bumi dari sebab segala raja-raja yang tiada terkira-kira banyaknya itu. Syahdan maka segala isi rimba yang di tanah itu pun berjeritanlah dan tiadalah berketahuan lagi membawa dirinya, ada yang ke dalam lubang tanah ada yang di celah-celah batu adanya.

Menilik isinya, kutipan di atas merupakan bagian … dari keseluruhan alur cerita.
a. eksposisi (pengenalan)
b. komplikasi (pertikaian awal)
c. konflik (pertentangan)
d. puncak konflik (klimaks)
e. penyelesaian (falling action)

16. Bacalah hikayat berikut!

Maka kata Indera Bangsawan, “Hamba ini tiada bernama dan tiada tahu akan bapak Hamba, karena diam dalam hutan rimba belantara. Adapun sebabnya hamba kemari ini karena hamba mendengar khabar anak raja sembilan orang hendak datang membunuh buraksa dan merebut tuan hamba dari padanya itu, itulah maka hamba datang kemari hendak melihat tamasya anak raja itu. Mengasihani hamba dan pada bicara akal hamba akan anak raja-raja yang sembilan itu tiadalah dapat membunuh buraksa itu. Jika lain daripada Indera Bangsawan tiada dapat membunuh akan buraksa itu.

Amanat yang tersirat dalam kutipan sastra klasik tersebut adalah …
A. Basmilah jika melihat kejahatan
B. Jangan menyombongkan diri
C. Tunjukkanlah jika memiliki suatu kemampuan
D. Hendaklah menolong orang yang dalam kesulitan
E. Bersyukurlah jika mendapat pertolongan

17. Nilai moral yang terdapat dalam kutipan sastra Melayu klasik tersebut adalah ....
A. kekacauan penduduk akibat hasutan
B. ketidakpedulian raja kepada rakyatnya
C. kepedulian rakyat atas keselamatan rajanya
D. kekejaman raja terhadap rakyatnya
E. keadilan seorang raja kepada rakyatnya

18. Kalimat dalam kutipan tersebut yang menunjukkan ciri-ciri sastra Melayu klasik dilihat dari bahasanya, menggunakan kata....
A. diam, dan tuan
B. daripadanya dan merebut
C. raja dan tamasya
D. rimba dan akal
E. hamba dan buraksa

19. Bacalah penggalan hikayat berikut dengan saksama!

Pengganti Hang Tuah di keraton adalah Hang Jebat. Sesungguhnya, ia menaruh dendam atas keputusan raja yang dijatuhkan kepada sahabatnya, Hang Tuah. Karena setia kepada sahabatnya, ia mengamuk di keraton. Putri-putri dan dayang-dayang diperlakukan kurang sopan sehingga banyak jugalah orang yang mati karena kerisnya, yang diberikan Hang Tuah kepadanya. Tiada seorang pun yang berani mendinginkan sehingga raja sendiri pun terlibat pula dalam kesulitan dan ketakutan.

Dari kutipan cerita di atas kita dapat mengetahui bahwa Hang  Jebat berwatak ….
A. pemberani
B. baik budi 
C. sombong
D. setia 
E. kasar

20. Berikut ciri-ciri hikayat kecuali….
A. cerita bersifat istanasentris 
B. disebarkan secara tertulis
C. cerita bersifat simbolis 
D. bersifat magis
E. Bersifat anonim

21. Bacalah penggalan hikayat berikut!

”Janganlah adinda bertanya jua” jawab baginda dengan sedihnya. ”Pertanyaan itu hanya menambah luka Tuanku jua semata.”
”Ampun, Tuanku, orang yang arif tiada pernah putus asa sekali pun bagaimana juga cobaan yang datang ke atas dirinya. Tiada pula ia bersedih hati karena kesedihan tiada buahnya selain daripada menguruskan badan saja yang sudah ditakdirkan tiada juga akan tertolak olehnya.”
(Hikayat Kalilah dan Dimnah)

Nilai moral yang tertuang dalam penggalan cerita di atas tampak pada perbuatan ….
A. menghormati orang lain
B. mendahulukan kepentingan umum
C. menegur orang dengan bahasa yang sopan

 



D. menolong orang yang sedang menderita
E. membantu orang yang sedang bersedih hati

22. Bacalah penggalan hikayat berikut!

Tuan puteri memandang ke dayang kipas itu. Kesepuluhnya menyembah, lalu mengundurkan diri mengisut ke belakang perlahan-lahan. Bangkitlah Mak Inang, lalu duduk di tepi tilak tujuh bertindih, lalu mengumpulkan bunga melur yang terselit-selit di suara tuan puteri itu.
Nilai yang terdapat pada penggalan tersebut adalah ….
A. sosial
B. moral
C. budaya
D. agama
E. pendidikan

23. Berikut ini merupakan kata-kata klise yang tidak digunakan dalam cerita sastra Melayu Klasik ….
A. maka inilah suatu bidal Melayu
B. patik, tuan, hamba
C. kata siempunya cerita
D. pertama-tama
E. hatta tatkala

Sebermula, maka adalah pada masa itu dalam pulau Singapura itu tiadalah ada binatang buas atau jinak yang kelihatan melainkan tikus. Maka, beribu-ribu tikus tanah itu sepanjang jalan serta dengan besar-besarnya hampir bagai kucing adanya. Maka jikalau kita berjalan pada malam, dilanggarkannya, beberapa banyak orang jatuh, demikianlah besarnya. Maka pada suatu malam di rumah tempat kutinggal itu ada dipelihara beberapa kucing. Maka pada setengah malam kedengaran kucing mengiau-ngiau. Keluarlah kawanku dengan membawa damar, hendak pergi melihat apakah sebabnya kucing itu. Maka serta dilihatnya ada enam tujuh ekor tikus berkerumun menggigit kucing itu. Ada yang menggigit pipinya sehingga tiadalah boleh bergerak lagi kucing itu melainkan mengiau-ngiau saja.
Hikayat Abdulah

24. Isi yang diungkapkan dalam penggalan hikayat tersebut adalah …
A. Di pulau Singapura kucing dan tikus saling bermusuhan.


B. Di pulau Singapura kucing selalu mengalahkan tikus.
C. Kucing selalu dipermainkan tikus-tikus.
D. Di pulau Singapura terdapat banyak tikus.
E. Di mana pun tikus selalu memangsa kucing.

25. Bacalah penggalan hikayat “Indera Bangsawan” berikut!

Maka baginda pun bimbanglah, tida tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat, iya menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda dan berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.

Nilai yang terkandung pada penggalan hikayat di atas yaitu...
A. nilai moral
B. nilai agama
C. nilai budaya
D. nilai pendidikan
E. nilai sosial

26. Bacalah penggalan hikayat “Indera Bangsawan” berikut!

Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.

Nilai yang terkandung pada penggalan hikayat di atas yaitu...
A. nilai moral
B. nilai agama
C. nilai budaya
D. nilai pendidikan
E. nilai sosial

27. Bacalah penggalan hikayat “Indera Bangsawan” berikut!

Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.

Kata arkais yang digarisbawahi pada penggalan hikayat di atas memiliki makna...
A. diusir
B. diminta
C. diperintah
D. diizinkan
E. diharapkan

28. Bacalah penggalan hikayat “Bunga Kemuning” berikut!

Istri sang raja sudah meninggal ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Putri-putri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka.
Sumber teks: Kesusastraan Melayu Klasik dengan penyesuaian

Nilai yang terkandung pada penggalan hikayat di atas yaitu...
A. nilai moral
B. nilai agama
C. nilai budaya
D. nilai pendidikan
E. nilai sosial

29. Bacalah penggalan hikayat “Indera Bangsawan” berikut!

Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu.

Kata-kata arkais yang ditemukan pada teks diatas adalah...
A. upeti dan hatta
B. upeti, hatta, dan nujum
C. raja, elok, dan nujum
D. elok dan nujum
E. upeti, putri, dan nujum

30. Diambilnya pisau, lalu ditorehnya gendang itu. Maka Putri Ratna Sari keluar dari gendang itu.

Karakteristik hikayat pada penggalan teks di atas yaitu...
A. kemustahilan
B. kesaktian
C. anonim
D. istana sentris
E. bahasa

31. Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina, lalu dibawanya ke rumah dan ditaruhnya hampir sangkaran bayan juga.

Kata arkais yang digarisbawahi pada kalimat di atas memiliki makna...
A. burung
B. ayam
C. angsa
D. kayu
E. emas

32. Bacalah penggalan hikayat tersebut!

Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata oleh si bungkuk air itu dalam.

Kata yang digarisbawahi pada penggalan hikayat di atas menggunakan majas...
A. antonomasia
B. alegori
C. perumpamaan
D. simile
E. metafora

33. Bacalah penggalan hikayat tersebut!

Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"

Konjungsi yang menyatakan urutan waktu atau peristiwa pada penggalan hikayat di atas adalah...
A. kemudian
B. lalu
C. maka
D. setelah itu
E. selanjutnya

34.  Bacalah penggalan hikayat tersebut!

Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua putri-putrinya.
“Aku hendak pergi jauh dan lama. Buah tangan apakah yang kalian inginkan?” tanya raja.
“Aku ingin perhiasan yang mahal,” kata Putri Jambon.
“Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau,” kata Putri Jingga.

Majas yang digunakan pada penggalan teks hikayat di atas adalah...
A. alegori
B. antonomasia
C. personifikasi
D. simile
E. metafora

35. Bacalah penggalan hikayat berikut!

Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan.
“Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil.” tanya Abu Nawas.
“Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda.

Majas yang digunakan pada penggalan hikayat di atas adalah...
A. metafora
B. alegori
C. antonomasia
D. personifikasi
E. simile

36. Bacalah penggalan hikayat “Panji Semirang” berikut!

Satu kerajaan yang mana berita tentang Galuh Cendera Kirana yang mana putri dari Baginda Raja Nata yang amat ta`lim dan hormat kepada orangtuanya akan bertunangan dengan Raden Inu Kini telah terdengar beritanya oleh Galuh Ajeng. Mendengar berita ini Galuh Ajeng sangat teriris hatinya dan menangislah ia melihat keadaan ini. Melihat hal ini Paduka Liku yang tak lain adalah ayah dari Galuh Ajeng sangat menyayangkan hal tersebut. Sangat sedih ia melihat tingkah laku putrinya tersebut.

Majas yang digunakan pada penggalan hikayat di atas adalah...
A. metafora
B. alegori
C. antonomasia
D. personifikasi
E. simile

37. Bacalah penggalan hikayat “Amir” berikut!

Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak menjaga uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.

Majas yang digunakan pada penggalan hikayat di atas adalah...
A. metafora
B. alegori
C. antonomasia
D. personifikasi
E. simile

38. Bacalah penggalan hikayat “Pengembara yang Lapar” berikut!

(1) “Janganlah kamu berdua tamak sangat dan bercakap besar pula.
(2) Aku pun lapar juga. 
(3) Bagi aku, kalau ada nasi sepinggan sudah cukup,” Awang bersuara.
(4) Kendi dan Buyung tertawa mendengar kata-kata Awang.
(5) “Dengan nasi sepinggan, mana boleh kenyang?

Majas metafora pada kalimat di atas ditandai dengan nomor...
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E.  (5)

39. Hikayat termasuk ke dalam jenis teks ....
a. narasi
b. prosedur
c. laporan
d. eksposisi
e. deskripsi

40. Manakah yang bukan termasuk karakteristik hikayat?
a. kemustahilan
b. kesaktian tokoh-tokohnya
c. anonim
d. keunikan
e. menggunakan alur berbingkai/ cerita berbingkai.

41. Ciri bahasa yang dominan pada hikayat adalah ...
a. menggunakan bahasa Melayu
b. banyak menggunakan konjungsi pada awal kalimat
c. mengandung nilai-nilai kehidupan
d. menggunakan bahasa yang sukar dipahami
e. diceritakan secara lisan sehingga tidak diketahui penulisnya

42. Hikayat banyak menggunakan kata arkais. Yang dimaksud kata arkais adalah ....
a. kata-kata baku
b. kata-kata Melayu yang sudah jarang digunakan
c. kata-kata yang sudah jarang digunakan
d. kata-kata resapan dari bahasa asing
e. kata-kata yang tidak terdapat di kamus

43. Salah satu karakteristik hikayat adalah menggunakan alur berbingkai. Yang dimaksud alur berbingkai adalah ...
a. alur maju
b. alur mundur
c. alur yang di dalamnya terdapat cerita yang lain
d. alur campuran
e. alur yang membahas tokoh lain

 


Kamis, 14 September 2017

Tugas xi


Pengangguran


Pengangguran merupakan tidak benar satu berasal dari fenomena sosial yang perihal pada segi ketenagakerjaan yang udah jadi permasalahanan yang keluar dimasyarakat. Layaknya sebuah penyakit, secara kritis udah menyerang segi kehidupan di dalam kehidupan bermasyarakat. Sudah banyak rumusan usaha penanganan yang udah diambil, akan tapi di dalam persoalan berikut tidak juga kunjung tuntas.
Tak hanya di negara Indoneisa, tapi persoalan pengangguran ini udah ditemukan tiap tiap negara. Pada tiap tiap pemerintahan yang tersedia di dunia, udah berasumsi persoalan pengangguran berikut udah jadi agenda yang perlu diprioritaskan atau utama.
Secara umum, banyak yang udah membatasi bahwa persoalan sosial pengangguran ialah orang dewasa yang tidak memiliki pekerjaan, masih sedang melacak pekerjaan, atau tidak memiliki suatu pekerjaan secara resmi dan tak beroleh suatu penghasilan.
Selain daripada itu, di badan pusat statisti atau BPS yang secara tertentu udah memberi tambahan definis berkenaan pengangguran yakni tiap tiap orang yang udah bekerja pada sekita tidak cukup berasal dari 1 jam disetiap minggunya.
Ada lebih dari satu segi yang memang paling mendasar dan jadi penyebab berasal dari kemunculan pengangguran. Pengangguran secara umum itu disebabkan oleh kehadiran kesenjangan pada pencari kerja dan peluang bekerja. Pengangguran juga mampu disebabkan oleh hadirnya pergantian strukturan pada tenaga kerja bersama dengan segala style atau pada tingkat keterampilan yang berbeda-beda pula.
Sehingga, untuk kualifikasi yang dimiliki berasal dari para pencari kerja itu tidak cocok ulang bersama dengan tuntutan yang udah hadir. Dan yang biasa juga udah terjadi adalah pengangguran yang memang disebabkan oleh munculnya pemutusan pertalian kerja pada karyawan atau buruh yang kondang dikenal sebagai PHK.
Akibat kemunculan pengangguran ini maka mampu menghidupkan beragam macam persoalan ekonomi dan sosial bagi yang mengalami perihal tersebut. Orang yang tidak memiliki pekerjaan atau mata pencaharian itu tidak akan mampu beroleh pendapatan dan yang tidak berpenghasilan itu tidak mampu untuk membelanjakan uang untuk membeli tiap tiap barang di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kalau kuantitas penganggur berikut benar-benar begitu banyak maka akan menyebabkan sebuahk kekacauan sosial, jikalau kuantitas gelandangan itu semakin meningkat pesat maka akan keluar tingkat kriminalitas yang benar-benar tinggi.
Mengacu deskripsi diatas maka udah benar-benar begitu mengetahui keluar bahwa pengangguran ialah suatu persoalan yang besar dan perlu langsung terkendali dan juga dicarikan solusi. Langkah yang benar-benar nyata untuk kami mampu tempuh yakni bersama dengan cara memperbaiki kondisi berasal dari lapangan kerja.
Dengan semakin membaiknya kondisi lapangan kerja maka persoalan kekerasan sosial yang udah disebabkan oleh pengangguran berikut itu mampu langsung terkendali dan terminimalisir. Disisi lain, itu mampu memperbaiki komposisi berasal dari lulusan sarjana yang akan dihasilkan dan perlu diselaraskan bersama dengan kebutuhan pasar untuk tenaga kerja.
Langkah yang benar-benar baik ulang jikalau kami mampu memberi tambahan suatu keterampilan yang begitu cukup bagi mereka yang sementara bekerja agar mampu menciptakan suatu lapangan kerja secara sendiri. Nah, semua cara berikut itu perlu langsung terlaksana agar mampu memecahkan segala persoalan pengangguran yang tidak kunjung tuntas.

1. Tentukan kalimat utama lengkap dengan ide pokok, setiap paragraf.
2. Analisi kata kerja aktif yang terdapat  dalam teks tersebut!
3. Tuliskan struktur teks yang terdapat dalam teks tersebut. (Pernyataan umum, sebab akibat, interpretasi)
4. Berikan tanggapanmu at as informasi yang kalian dapat Dari teks tersebut!
5. Buatlah teks eksplanasi  lain berdasarkan hasil analisis tersebut (nomor 1, 3, 4)

Selasa, 15 Agustus 2017

Kelas kata umum k13 smk ma sma

Jenis dan Macam Kelas Kata

Kedudukan kata sangat memengaruhi kalimat. sebab setiap kata memiliki fungsi yang berbeda yang disesuailan kelas dan jenis kata. Beberapa macam jenis kata tersebut secara umum, yaitu

1. Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu benda. Bentuk benda dapat bersifat abstrak ataupun konkret.

2. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan.

3. Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat adalah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Selain itu, kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.

4. Kata Ganti (Pronomina)

Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.

5. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan, bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat.

6. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan adalah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, dan urutan sesuatu yang dibendakan.

7. Kata Tugas

Kata tugas merupakan kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk, seperti kata dengan, telah, dan, tetapi. Namun, ada sebagian yang dapat mengalami perubahan golongan kata, tetapi jumlahnya sangat terbatas, seperti kata tidak dan kata sudah. Meskipun demikian, kedua kata tersebut dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan dan menyudahkan.


penejelasan rinci terkait kelas kata, ada dalam postingan selanjutnya.

Senin, 10 April 2017

Majas

Macam-macam Majas
Majas atau figurative language adalah bahasa kias yang secara tidak langsung mengungkapkan makna. Majas digunakan sebagai bentuk ungkapan perasaan. Secara garis besar hanya ada empat klasifikasi majas: Majas perbandingan atau perumpamaan, majas sindiran, majas penegasan, dan majas pertentangan. Setiap klasifikasi majas memiliki banyak jenis. Setidaknya hampir 60 jenis majas dari empat klasifikasi majas dalam bahasa Indonesia. Namun yang akan kita bahas dalam buku ini hanya sebagian yang umum saja.
(1)   Majas Perbandingan/Pertautan
Disebut perbandingan, sebab bahasa kias yang ada bisa diperbandingkan atau dipersamakan. Istilah  Beberapa jenis majas perbandingan:
a.     Personifikasi (Perbandingan benda yang tak bernyawa dengan manyamakan sifat yang biasanya dimiliki manusia [person=manusia])
Misalkan:    Pensilnya menari-nari di atas kertas.
                  Nyiur di pantai melambai menyambut kedatangan kami.
Kata menari-nari digunakan dalam pensil. Tentu saja tidak mungkin pensil bisa menari. Sifat yang dimiliki manusia, yaitu menari digunakan pensil. Pensilnya menari-nari di atas kertas mengandung arti bahwa ia (nya) sedang menulis. Sama seperti nyiur yang melambai. Kata melambai tentu saja dimiliki manusia dalam melambaikan tangan. Nyiur hanyalah pohon yang tidak memiliki tangan. Namun daunnya yang tertiup angin kesana-kemari seolah-olah seperti lambaian tangan.
b.    Perumpamaan/simile/asosiasi (perbandingan yang berbeda tapi dianggap sama. Biasanya ditandai dengan kata bagai, laksana, seperti, bak, atau sejenisnya.)
Misalkan:    Mereka berdua seperti pinang dibelah dua.
                  Cantiknya terpancar layaknya bulan yang bersinar terang.
Ada perbandingan yang jelas berbeda antara mereka (manusia) dengan pinang. Namun perbandingan tersebut dianggap sama dengan melekatkan kata seperti.
c.     Alegori (perbandingan dengan cara lain melalui kiasan/penggambaran)
Misalkan:    Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang megalir mennyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang padaakhirnya berhenti.
Kata seperti menunjukkan perumpamaan (simile) sebagai ciri khas majas perbandingan. Kata seperti membandingkan antara perjalanan hidup manusia dengan sungai.
d.    Metafora (perbandingan dengan kesamaan sifat yang sama atau hampir sama)
Misalkan:    Rentenir itu yan lintah darat.
Ada kesamaan sifat yang diperbandingkan. Kesamaan sifat antara rentenir dengan lntah darat. Kita tahu jika Rentenir tentu akan menyerap uang nasabah. Lintah pun menghisap darah manusia. Kesamaan sifatnya adalah sama-sama menyerap/memeras.
e.     Sinestesia (perbandingan dengan menukarkan alat indera)
Misalkan:    Suara penyanyi itu renyah di telinga.
Terjadi pertukaran makna dalam alat indera dalam frasa renyah di telinga. Kita tahu renyah bisa dirasakan oleh lidah. Sedangkan telinga berfungsi sebagai penangkap suara. Namun dalam kalimat terebut renyah yang seharusnya dirasa oleh lidah dipertukarkan dengan membandingkan rasanya dengan telinga.
f.     Metonimia (perbandingan dengan sebut merek)
Misalkan:    Ayah sudah berangkat ke Jakarta menggunakan Merpati.
Kata Merpati bukanlah definisi sejenis burung namun merek dagang armada pesawat.
g.    Simbolik (Simbol/lambang dilukiskan dengan benda, binatang, atau tumbuhan)
Misalkan:    Semua lelaki buaya darat.
                  Aulia dikenal sebagai bunga desa di kampung kami.
Frasa buaya darat dan bunga desa tentunya bukanlah makan sebenarnya. Kedua makna tersebut hanyalah kiasan/perlambangan saja. Lelaki dipersamakan sifatnya dengan buaya sehingga menjadi buaya darat. Aulia (wanita) dipersamakan sifatnya (kecantikan) dengan bunga (sama-sama cantik) sehingga menjadi bunga desa (gadis tercantik)
h.     Sinekdoke (membandingkan dengan menyebutkan bagian dengan bagian lainnya secara bertentangan.) Ada dua jenis majas sinekdoke
Sinekdone Pars pro toto (menyebutkan sebagian untuk keseluruhan)
Misalkan:    Aku belum bertemu batang hidungnya.
Batang hidung merupakan bagian kecil dari anggota tubuh yang sekaligus mewakili satu tubuh secara keseluruhan.
Sinekdoke totem pro parte (menyebutkan keseluruhan untuk sebagian)
Misalkan:    Indonesia menang 2-1 dalam kejuaraan semalam.
Indonesia adalah sebuah negara utuh. Tidak mungkin Indonesia (dalam artian sebuah negara) mengikuti kejuaraan. Yang ada adalah delegasi/perwakilan negara Indonesia yang berkompetisi dalam kejuaraan. Walaupun delegasi tersebut terbatas, bisa sekelompok bahkan per orangan, namun yang disebutkan bukanlah nama per orangan tersebut tapi nama negara (lebih luas lagi). Sehingga yang menang bukanlah sekelompok orang namun disebutkan lebih umum, yaitu Indonesia.
i.      Elipsis (ada penghilangan kata/bagian kata)
Majas Elipsis sengaja menghilangkan salah satu unsur dalam kalimat karena dianggap sama atau sudah terwakili unsur lain.
Misalkan:    Ayah dan Ibu ke Surabaya.
Jika dicermati, kalimat tersebut tidak memiliki Predikat sehingga hanya terdiri S dan K saja. Namun secara logika kalimat tersebut dapat diterima, dengan kesamaan makna dengan Ayah dan Ibu pergi ke Surabaya.
j.      Alusi (secara tidak langsung menunjukkan hal/peristiwa yang diketahui bersama)
Dalam majas Alusi atau alusio, unsur sejarah dan pengetahuan umum (minimal dengan lawan bicara) sangat diperlukan dalam mengambarkan lambang makna.
Misalkan:    Masih banyak pemuda yang melupakan jasa orang tuanya, mirip maling kundang yang tidak mengakui ibunya.
Kisah maling kundang menjadi legenda dna dikenal banyak orang. Kisah ini menjadi contoh kisah anak yang durhaka terhadap orang tuanya.
k.     Inversi
Seperti inversi pada umumnya, majas inversi dinyatakan dengan mengubah susunan kalimat.
Misalkan:    Adik sudah mandi.
                   Sudah mandi, Adik. (majas inversia)
(2)   Majas Pertentangan
Disebut pertentangn, sebab makna yang dikandung berbeda dari makna kata yang sebenarnya. Majas
a.     Hiperbola
Majas pertama yang kita ingat sejak SD adalah hiperbola. Hiperbola memberikan pernyataan berlebihan dari makna kata aslinya dengan maksud meninggikan kesan atau meminta perhatian.
Mislakan:    Tubuhnya tinggal kulit membalut tulang.
Tubuhnya tinggal kulit membalut tulang memiliki arti seseorang (nya) yang sangat kurus kering dan menderita. Secara logika, kita sadar bahwa mustahil tulang manusia langsung dibalut dengan kulit. Sebab kulit sebagai pelindung unsur pembentuk tubuh seperti daging, urat syaraf, paru-paru, jantung, atau bagian tubuh yang lain.
b.    Litotes
Majas pertentangan yang menyatakan pernyataan/makna kata berbeda dengan kenyataan yang ada dengan tujuan mengecilkan/agar terkesan tidak sombong.
Misalkan:    Silahkan mampir ke gubuk kami.
Kata gubuk yang kita kenal adalah rumah berdinding jerami atau rotan dengan ukuran tidka terlalu besar, dan sangat sederhana. Namun saat berkunjung, ternyata gubuk yang dimaksudkan bukanlah arti gubuk yang kita kenal sebelumnya. Namun rumah mewah dengan lantai marmer dan fasilitas lengkap. Inilah litotes dengan maksud agar tidak terkesan menyombongkan diri. (litotes=little=kecil=tidak sombong)
c.     Paradoks
Majas ini mempertentangkan antara fakta dengan kenyataan yang ada.
Misalkan:    Hatiku merintih ditengah kebisingan kota Jakarta.
Hatiku metintih, artinya menunjukkan si aku (ku) sedang bersedih. Namun di tengah kebisingan kota yang ramai.
d.    Antitesis
Majas yang menggunakan pasangan lawan kata (antonim).
Misalkan:    Miskin kaya, cantik atau buruk wajib memiliki KTP.
Dalam pasar malam tersebut tampak banyak pengunjung, baik tua muda, laki-laki atau perempuan semua berbaur jadi satu.
e.     Oksimoron
Oksimoron adalah majas yang saling bertentangan dalam satu kalimatnya.
Misalkan:    Nuklir dapat menjadi pemusnah masal, tetapi juga dapat menyejahterakan kehidupan umat manusia.
Dalam satu kalimat tersebut terdapat makna yang saling bertentangan tentang nuklir yaitu, menjadi pemusnah masal, dan menyejakterakan kehidupan. Pemusnah dengan menyejahterakan tentunya memiliki makna yang saling bertentangan.

(3)   Majas Penegasan/perulangan
Kiasan yang menyatakan penegas.
a.     Pleonasme (pemakaian kata-kata lebih dari yang dibutuhkan)
Majas pleonasme disebut penegas, sebab adanya keterangan tambahan pada pernyataan yang sebenarnya sudah sangat jelas atau keterangan tidak dibutuhkan.
Misalkan:    Peserta rapat harap segera masuk ke dalam ruangan rapat.
                  Ayah naik ke atas genting untuk mengganti genting pecah.
                  Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri.
Frasa masuk ke dalam, naik ke atas, mata kepala merupakan bentuk penegas dalam pleonasme. Bagaimanapun yang disebut masuk akan selalu ke dalam. Disebut naik pasti akan ke atas. Bahkan mata tentu saja dimiliki kepalanya sendiri tidak mungkin jika melihat menggunakan mata orang lain, atau kepala orang lain.
b.    Repetisi (Re=pengulangan)
Majas repetisi disebut penegas, sebab adanya pengulangan kata atau sekelompok kata dalam satu kalimat.
Misalkan:    Dialah yang kutunggu, dialah yang kurindu, dialah yang kunanti.
                  Bukan dia, bukan kamu, bukan siapa-siapa, aku hanya ingin sendiri.
Kata dialah mengalami perulangan, memberikan penegasan bahwa memang dia. Sama halnya dengan kata bukan yang ditegaskan hingga tiga kali.
c.     Paralelisme (pengulangan yang biasanya banyak ditemui dalam puisi)
Disebut paralelisme sebab ada dua atau lebih bagian kalimat yang diulang sehingga membentuk pola tertentu (paralel)
Misalkan:   
      Karena kami tidak boleh memililih dan kamu bebas berencana
      Karena kami Cuma bersandal dan kamu bebas memakai senapan
      Karena kami harus sopan dan kamu punya penjara
      Maka tidak dan tidak kepadamu
      Karena kamu arus kali dan kamu batu tanpa hati
      Maka air akan mengikis batu
      …. (sajak si Burung Merak, Rendra)
d.    Retorik (bentuk kaimat retoris)
Majas retorik, sesuai namanya berbentuk kalimat retoris, yaitu kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban. Jawaban biasanya sudah diketahui bersama. Majas retorik selain berfungsi penegas juga berfungsi sebagai sindiran, atau menggugah.
Misalkan:                Apa manusia hidup tak butuh makan?
                              Kamu bisa membeli nyawa?
Kedua contoh menunjukkan bahwa kaimat pertanyaan tersebut tidak perlu untuk dijawab sebab kita sudah mengetahui jawabannya. Kalimat seperti ini disebut retoris yang fungsi utamanya sebagai penegas (tanpa butuh jawaban). Contoh pertanyaan Kamu bisa membeli nyawa? Menunjukkan bahwa kalimat retoris pun berfungsi pula sebagai sindiran atas perlakuan seseorang, atau keinginan untuk menggugah hati seseorang.
e.     Tautologi (mengulang kata dalam kalimat)
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang kata dalam sebuah kalimat. Pengulangan tersebut berfungsi sebagai penegas. Kata yang diulang tidak harus kata yang sama namun bisa juga berbentuk sinonim kata.
 Misalkan:  
      Rumah tangga yang baik haruslah sakinah, mawadah, dan warahmah.
      Kita perlu menjaga ketentraman, ketertiban, dan keamanan lingkungan kita.
      Tidak, tidak, tidak, aku tidak ingin menikah dengan dia.
f.     Majas Klimaks (urutan ke atas/memuncak ke atas)
Seperti namanya, majas klimaks memberikan pernyataan yang disusun secara berurutan dan semakin lama semakin memuncak (klimaks).
Misalkan:    Peserta lomba ini mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia.
Anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia, frasa tersebut menunjukkan urutan yang semakin lama semakin meninggi (dari anak-anak sampai lansia).
g.    Antiklimaks (urutan ke bawah/menurun ke bawah)
Antiklimaks merupakan gaya bahasa yang berlawanan dengan klimaks. Dalam majas antiklimaks urutan pernyataan disusun terbalik dari puncak perbincangan menuju ringan.
Misalkan:   
Kepala sekolah, guru, karyawan, dan seluruh siswa SMK Plus NU Sidoarjo menyambut kehadiran Bapak Anies Basweda dalam kunjungannya.
Antiklimaks ditunjukkan dengan urutan ke bawah dari kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa.
h.     Aliterasi (bunyi awal sama)
Aliterasi lebih mudah kita jumpai dalam puisi. Majas aliterasi mengulang bunyi awal sehingga didapatkan bunyi awal yang sama.
Misalkan:    Inilah indahnya impian, insan ingat ingkar.

i.      Antanaklasis (homonim kata. kata sama makna beda)
Majas antanaklasis menggunakan kata yang sama namun memiliki makna yang berbeda.
Misalkan:    Buah penanya sangat bermanfaat bagi seluruh umat, sehingga untuk beberapa saat, ia menjadi buah bibir di kalangan akademisi.
Sama-sama menggunakan kata buah, namun antara keduanya jelas memiliki perbedaan. Buah pena berarti hasil karya (ciptaan dari tangan), sedangkan buah bibir berarti bahan perbincangan.
j.      Kiasmus (inversi/anastrof)
Kiasmus merupakan majas yang menggunakan perulangan kata yang lebih sering dalam kalimat inversi, penempatan predikat di depan subjek.
Misalkan:    Senang aku, akhirnya kamu datang!
Frasa senang aku berpola p-s.

(4)   Majas Sindiran
Karena sifatnya, dalam majas sindiran berfungsi sebagai peningkat kesan dan pengaruhnya. Majas sindiran juga terbagi dalam beberapa jenis,
a.     Ironi (bertentangan dengan maksud menyindir, sindiran halus)
Ironi merupakan sindiran yang paling halus. Menggunakan kata-kata yang berlawanan makna, sedikit memberikan pujian namun sindiran kemudian.
Misalkan:    Beri aplouse yang meriah untuk jawara terlambat kita bulan ini.
                  Bagus sekali tulisanmu, aku sama sekali tidak  bisa membacanya.
Terlambat bukanlah hal yang perlu dibanggakan sehingga mendapat aplouse. Justru jawara terlambat merupakan bentuk sindiran.
b.    Sinisme (sindiran langsung diberikan untuk orang lain)
Sinisme hampir seperti ironi, namun sinisme lebih kasar.
Misalkan:    Kamu kan cerdas, hanya masalah kecil tidak bisa menghadapi.
                  Melihat wajahmu, aku ingin muntah.
c.     Sarkasme (sindiran kasar dan tidak sopan)
Sarkasme merupakna sindiran yang paling kasar. Disebut kasar karena menggunakan kata-kata yang tidak sopan.
Misalkan:    Aku kira kamu bodoh, nyatanya kamu terlalu tolol.
                  Mikir itu pakai otak, bukan pakai dengkul.

                  Hai, monyet! Jaga ya bicaramu.