Terimakasih. Saya sangat menghargai karya.

< !- START disable copy paste -->

Kamis, 14 September 2017

Tugas xi


Pengangguran


Pengangguran merupakan tidak benar satu berasal dari fenomena sosial yang perihal pada segi ketenagakerjaan yang udah jadi permasalahanan yang keluar dimasyarakat. Layaknya sebuah penyakit, secara kritis udah menyerang segi kehidupan di dalam kehidupan bermasyarakat. Sudah banyak rumusan usaha penanganan yang udah diambil, akan tapi di dalam persoalan berikut tidak juga kunjung tuntas.
Tak hanya di negara Indoneisa, tapi persoalan pengangguran ini udah ditemukan tiap tiap negara. Pada tiap tiap pemerintahan yang tersedia di dunia, udah berasumsi persoalan pengangguran berikut udah jadi agenda yang perlu diprioritaskan atau utama.
Secara umum, banyak yang udah membatasi bahwa persoalan sosial pengangguran ialah orang dewasa yang tidak memiliki pekerjaan, masih sedang melacak pekerjaan, atau tidak memiliki suatu pekerjaan secara resmi dan tak beroleh suatu penghasilan.
Selain daripada itu, di badan pusat statisti atau BPS yang secara tertentu udah memberi tambahan definis berkenaan pengangguran yakni tiap tiap orang yang udah bekerja pada sekita tidak cukup berasal dari 1 jam disetiap minggunya.
Ada lebih dari satu segi yang memang paling mendasar dan jadi penyebab berasal dari kemunculan pengangguran. Pengangguran secara umum itu disebabkan oleh kehadiran kesenjangan pada pencari kerja dan peluang bekerja. Pengangguran juga mampu disebabkan oleh hadirnya pergantian strukturan pada tenaga kerja bersama dengan segala style atau pada tingkat keterampilan yang berbeda-beda pula.
Sehingga, untuk kualifikasi yang dimiliki berasal dari para pencari kerja itu tidak cocok ulang bersama dengan tuntutan yang udah hadir. Dan yang biasa juga udah terjadi adalah pengangguran yang memang disebabkan oleh munculnya pemutusan pertalian kerja pada karyawan atau buruh yang kondang dikenal sebagai PHK.
Akibat kemunculan pengangguran ini maka mampu menghidupkan beragam macam persoalan ekonomi dan sosial bagi yang mengalami perihal tersebut. Orang yang tidak memiliki pekerjaan atau mata pencaharian itu tidak akan mampu beroleh pendapatan dan yang tidak berpenghasilan itu tidak mampu untuk membelanjakan uang untuk membeli tiap tiap barang di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kalau kuantitas penganggur berikut benar-benar begitu banyak maka akan menyebabkan sebuahk kekacauan sosial, jikalau kuantitas gelandangan itu semakin meningkat pesat maka akan keluar tingkat kriminalitas yang benar-benar tinggi.
Mengacu deskripsi diatas maka udah benar-benar begitu mengetahui keluar bahwa pengangguran ialah suatu persoalan yang besar dan perlu langsung terkendali dan juga dicarikan solusi. Langkah yang benar-benar nyata untuk kami mampu tempuh yakni bersama dengan cara memperbaiki kondisi berasal dari lapangan kerja.
Dengan semakin membaiknya kondisi lapangan kerja maka persoalan kekerasan sosial yang udah disebabkan oleh pengangguran berikut itu mampu langsung terkendali dan terminimalisir. Disisi lain, itu mampu memperbaiki komposisi berasal dari lulusan sarjana yang akan dihasilkan dan perlu diselaraskan bersama dengan kebutuhan pasar untuk tenaga kerja.
Langkah yang benar-benar baik ulang jikalau kami mampu memberi tambahan suatu keterampilan yang begitu cukup bagi mereka yang sementara bekerja agar mampu menciptakan suatu lapangan kerja secara sendiri. Nah, semua cara berikut itu perlu langsung terlaksana agar mampu memecahkan segala persoalan pengangguran yang tidak kunjung tuntas.

1. Tentukan kalimat utama lengkap dengan ide pokok, setiap paragraf.
2. Analisi kata kerja aktif yang terdapat  dalam teks tersebut!
3. Tuliskan struktur teks yang terdapat dalam teks tersebut. (Pernyataan umum, sebab akibat, interpretasi)
4. Berikan tanggapanmu at as informasi yang kalian dapat Dari teks tersebut!
5. Buatlah teks eksplanasi  lain berdasarkan hasil analisis tersebut (nomor 1, 3, 4)

Selasa, 15 Agustus 2017

Kelas kata umum k13 smk ma sma

Jenis dan Macam Kelas Kata

Kedudukan kata sangat memengaruhi kalimat. sebab setiap kata memiliki fungsi yang berbeda yang disesuailan kelas dan jenis kata. Beberapa macam jenis kata tersebut secara umum, yaitu

1. Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu benda. Bentuk benda dapat bersifat abstrak ataupun konkret.

2. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan.

3. Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat adalah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Selain itu, kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.

4. Kata Ganti (Pronomina)

Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.

5. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan, bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat.

6. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan adalah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, dan urutan sesuatu yang dibendakan.

7. Kata Tugas

Kata tugas merupakan kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk, seperti kata dengan, telah, dan, tetapi. Namun, ada sebagian yang dapat mengalami perubahan golongan kata, tetapi jumlahnya sangat terbatas, seperti kata tidak dan kata sudah. Meskipun demikian, kedua kata tersebut dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan dan menyudahkan.


penejelasan rinci terkait kelas kata, ada dalam postingan selanjutnya.

Senin, 10 April 2017

Majas

Macam-macam Majas
Majas atau figurative language adalah bahasa kias yang secara tidak langsung mengungkapkan makna. Majas digunakan sebagai bentuk ungkapan perasaan. Secara garis besar hanya ada empat klasifikasi majas: Majas perbandingan atau perumpamaan, majas sindiran, majas penegasan, dan majas pertentangan. Setiap klasifikasi majas memiliki banyak jenis. Setidaknya hampir 60 jenis majas dari empat klasifikasi majas dalam bahasa Indonesia. Namun yang akan kita bahas dalam buku ini hanya sebagian yang umum saja.
(1)   Majas Perbandingan/Pertautan
Disebut perbandingan, sebab bahasa kias yang ada bisa diperbandingkan atau dipersamakan. Istilah  Beberapa jenis majas perbandingan:
a.     Personifikasi (Perbandingan benda yang tak bernyawa dengan manyamakan sifat yang biasanya dimiliki manusia [person=manusia])
Misalkan:    Pensilnya menari-nari di atas kertas.
                  Nyiur di pantai melambai menyambut kedatangan kami.
Kata menari-nari digunakan dalam pensil. Tentu saja tidak mungkin pensil bisa menari. Sifat yang dimiliki manusia, yaitu menari digunakan pensil. Pensilnya menari-nari di atas kertas mengandung arti bahwa ia (nya) sedang menulis. Sama seperti nyiur yang melambai. Kata melambai tentu saja dimiliki manusia dalam melambaikan tangan. Nyiur hanyalah pohon yang tidak memiliki tangan. Namun daunnya yang tertiup angin kesana-kemari seolah-olah seperti lambaian tangan.
b.    Perumpamaan/simile/asosiasi (perbandingan yang berbeda tapi dianggap sama. Biasanya ditandai dengan kata bagai, laksana, seperti, bak, atau sejenisnya.)
Misalkan:    Mereka berdua seperti pinang dibelah dua.
                  Cantiknya terpancar layaknya bulan yang bersinar terang.
Ada perbandingan yang jelas berbeda antara mereka (manusia) dengan pinang. Namun perbandingan tersebut dianggap sama dengan melekatkan kata seperti.
c.     Alegori (perbandingan dengan cara lain melalui kiasan/penggambaran)
Misalkan:    Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang megalir mennyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang padaakhirnya berhenti.
Kata seperti menunjukkan perumpamaan (simile) sebagai ciri khas majas perbandingan. Kata seperti membandingkan antara perjalanan hidup manusia dengan sungai.
d.    Metafora (perbandingan dengan kesamaan sifat yang sama atau hampir sama)
Misalkan:    Rentenir itu yan lintah darat.
Ada kesamaan sifat yang diperbandingkan. Kesamaan sifat antara rentenir dengan lntah darat. Kita tahu jika Rentenir tentu akan menyerap uang nasabah. Lintah pun menghisap darah manusia. Kesamaan sifatnya adalah sama-sama menyerap/memeras.
e.     Sinestesia (perbandingan dengan menukarkan alat indera)
Misalkan:    Suara penyanyi itu renyah di telinga.
Terjadi pertukaran makna dalam alat indera dalam frasa renyah di telinga. Kita tahu renyah bisa dirasakan oleh lidah. Sedangkan telinga berfungsi sebagai penangkap suara. Namun dalam kalimat terebut renyah yang seharusnya dirasa oleh lidah dipertukarkan dengan membandingkan rasanya dengan telinga.
f.     Metonimia (perbandingan dengan sebut merek)
Misalkan:    Ayah sudah berangkat ke Jakarta menggunakan Merpati.
Kata Merpati bukanlah definisi sejenis burung namun merek dagang armada pesawat.
g.    Simbolik (Simbol/lambang dilukiskan dengan benda, binatang, atau tumbuhan)
Misalkan:    Semua lelaki buaya darat.
                  Aulia dikenal sebagai bunga desa di kampung kami.
Frasa buaya darat dan bunga desa tentunya bukanlah makan sebenarnya. Kedua makna tersebut hanyalah kiasan/perlambangan saja. Lelaki dipersamakan sifatnya dengan buaya sehingga menjadi buaya darat. Aulia (wanita) dipersamakan sifatnya (kecantikan) dengan bunga (sama-sama cantik) sehingga menjadi bunga desa (gadis tercantik)
h.     Sinekdoke (membandingkan dengan menyebutkan bagian dengan bagian lainnya secara bertentangan.) Ada dua jenis majas sinekdoke
Sinekdone Pars pro toto (menyebutkan sebagian untuk keseluruhan)
Misalkan:    Aku belum bertemu batang hidungnya.
Batang hidung merupakan bagian kecil dari anggota tubuh yang sekaligus mewakili satu tubuh secara keseluruhan.
Sinekdoke totem pro parte (menyebutkan keseluruhan untuk sebagian)
Misalkan:    Indonesia menang 2-1 dalam kejuaraan semalam.
Indonesia adalah sebuah negara utuh. Tidak mungkin Indonesia (dalam artian sebuah negara) mengikuti kejuaraan. Yang ada adalah delegasi/perwakilan negara Indonesia yang berkompetisi dalam kejuaraan. Walaupun delegasi tersebut terbatas, bisa sekelompok bahkan per orangan, namun yang disebutkan bukanlah nama per orangan tersebut tapi nama negara (lebih luas lagi). Sehingga yang menang bukanlah sekelompok orang namun disebutkan lebih umum, yaitu Indonesia.
i.      Elipsis (ada penghilangan kata/bagian kata)
Majas Elipsis sengaja menghilangkan salah satu unsur dalam kalimat karena dianggap sama atau sudah terwakili unsur lain.
Misalkan:    Ayah dan Ibu ke Surabaya.
Jika dicermati, kalimat tersebut tidak memiliki Predikat sehingga hanya terdiri S dan K saja. Namun secara logika kalimat tersebut dapat diterima, dengan kesamaan makna dengan Ayah dan Ibu pergi ke Surabaya.
j.      Alusi (secara tidak langsung menunjukkan hal/peristiwa yang diketahui bersama)
Dalam majas Alusi atau alusio, unsur sejarah dan pengetahuan umum (minimal dengan lawan bicara) sangat diperlukan dalam mengambarkan lambang makna.
Misalkan:    Masih banyak pemuda yang melupakan jasa orang tuanya, mirip maling kundang yang tidak mengakui ibunya.
Kisah maling kundang menjadi legenda dna dikenal banyak orang. Kisah ini menjadi contoh kisah anak yang durhaka terhadap orang tuanya.
k.     Inversi
Seperti inversi pada umumnya, majas inversi dinyatakan dengan mengubah susunan kalimat.
Misalkan:    Adik sudah mandi.
                   Sudah mandi, Adik. (majas inversia)
(2)   Majas Pertentangan
Disebut pertentangn, sebab makna yang dikandung berbeda dari makna kata yang sebenarnya. Majas
a.     Hiperbola
Majas pertama yang kita ingat sejak SD adalah hiperbola. Hiperbola memberikan pernyataan berlebihan dari makna kata aslinya dengan maksud meninggikan kesan atau meminta perhatian.
Mislakan:    Tubuhnya tinggal kulit membalut tulang.
Tubuhnya tinggal kulit membalut tulang memiliki arti seseorang (nya) yang sangat kurus kering dan menderita. Secara logika, kita sadar bahwa mustahil tulang manusia langsung dibalut dengan kulit. Sebab kulit sebagai pelindung unsur pembentuk tubuh seperti daging, urat syaraf, paru-paru, jantung, atau bagian tubuh yang lain.
b.    Litotes
Majas pertentangan yang menyatakan pernyataan/makna kata berbeda dengan kenyataan yang ada dengan tujuan mengecilkan/agar terkesan tidak sombong.
Misalkan:    Silahkan mampir ke gubuk kami.
Kata gubuk yang kita kenal adalah rumah berdinding jerami atau rotan dengan ukuran tidka terlalu besar, dan sangat sederhana. Namun saat berkunjung, ternyata gubuk yang dimaksudkan bukanlah arti gubuk yang kita kenal sebelumnya. Namun rumah mewah dengan lantai marmer dan fasilitas lengkap. Inilah litotes dengan maksud agar tidak terkesan menyombongkan diri. (litotes=little=kecil=tidak sombong)
c.     Paradoks
Majas ini mempertentangkan antara fakta dengan kenyataan yang ada.
Misalkan:    Hatiku merintih ditengah kebisingan kota Jakarta.
Hatiku metintih, artinya menunjukkan si aku (ku) sedang bersedih. Namun di tengah kebisingan kota yang ramai.
d.    Antitesis
Majas yang menggunakan pasangan lawan kata (antonim).
Misalkan:    Miskin kaya, cantik atau buruk wajib memiliki KTP.
Dalam pasar malam tersebut tampak banyak pengunjung, baik tua muda, laki-laki atau perempuan semua berbaur jadi satu.
e.     Oksimoron
Oksimoron adalah majas yang saling bertentangan dalam satu kalimatnya.
Misalkan:    Nuklir dapat menjadi pemusnah masal, tetapi juga dapat menyejahterakan kehidupan umat manusia.
Dalam satu kalimat tersebut terdapat makna yang saling bertentangan tentang nuklir yaitu, menjadi pemusnah masal, dan menyejakterakan kehidupan. Pemusnah dengan menyejahterakan tentunya memiliki makna yang saling bertentangan.

(3)   Majas Penegasan/perulangan
Kiasan yang menyatakan penegas.
a.     Pleonasme (pemakaian kata-kata lebih dari yang dibutuhkan)
Majas pleonasme disebut penegas, sebab adanya keterangan tambahan pada pernyataan yang sebenarnya sudah sangat jelas atau keterangan tidak dibutuhkan.
Misalkan:    Peserta rapat harap segera masuk ke dalam ruangan rapat.
                  Ayah naik ke atas genting untuk mengganti genting pecah.
                  Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri.
Frasa masuk ke dalam, naik ke atas, mata kepala merupakan bentuk penegas dalam pleonasme. Bagaimanapun yang disebut masuk akan selalu ke dalam. Disebut naik pasti akan ke atas. Bahkan mata tentu saja dimiliki kepalanya sendiri tidak mungkin jika melihat menggunakan mata orang lain, atau kepala orang lain.
b.    Repetisi (Re=pengulangan)
Majas repetisi disebut penegas, sebab adanya pengulangan kata atau sekelompok kata dalam satu kalimat.
Misalkan:    Dialah yang kutunggu, dialah yang kurindu, dialah yang kunanti.
                  Bukan dia, bukan kamu, bukan siapa-siapa, aku hanya ingin sendiri.
Kata dialah mengalami perulangan, memberikan penegasan bahwa memang dia. Sama halnya dengan kata bukan yang ditegaskan hingga tiga kali.
c.     Paralelisme (pengulangan yang biasanya banyak ditemui dalam puisi)
Disebut paralelisme sebab ada dua atau lebih bagian kalimat yang diulang sehingga membentuk pola tertentu (paralel)
Misalkan:   
      Karena kami tidak boleh memililih dan kamu bebas berencana
      Karena kami Cuma bersandal dan kamu bebas memakai senapan
      Karena kami harus sopan dan kamu punya penjara
      Maka tidak dan tidak kepadamu
      Karena kamu arus kali dan kamu batu tanpa hati
      Maka air akan mengikis batu
      …. (sajak si Burung Merak, Rendra)
d.    Retorik (bentuk kaimat retoris)
Majas retorik, sesuai namanya berbentuk kalimat retoris, yaitu kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban. Jawaban biasanya sudah diketahui bersama. Majas retorik selain berfungsi penegas juga berfungsi sebagai sindiran, atau menggugah.
Misalkan:                Apa manusia hidup tak butuh makan?
                              Kamu bisa membeli nyawa?
Kedua contoh menunjukkan bahwa kaimat pertanyaan tersebut tidak perlu untuk dijawab sebab kita sudah mengetahui jawabannya. Kalimat seperti ini disebut retoris yang fungsi utamanya sebagai penegas (tanpa butuh jawaban). Contoh pertanyaan Kamu bisa membeli nyawa? Menunjukkan bahwa kalimat retoris pun berfungsi pula sebagai sindiran atas perlakuan seseorang, atau keinginan untuk menggugah hati seseorang.
e.     Tautologi (mengulang kata dalam kalimat)
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang kata dalam sebuah kalimat. Pengulangan tersebut berfungsi sebagai penegas. Kata yang diulang tidak harus kata yang sama namun bisa juga berbentuk sinonim kata.
 Misalkan:  
      Rumah tangga yang baik haruslah sakinah, mawadah, dan warahmah.
      Kita perlu menjaga ketentraman, ketertiban, dan keamanan lingkungan kita.
      Tidak, tidak, tidak, aku tidak ingin menikah dengan dia.
f.     Majas Klimaks (urutan ke atas/memuncak ke atas)
Seperti namanya, majas klimaks memberikan pernyataan yang disusun secara berurutan dan semakin lama semakin memuncak (klimaks).
Misalkan:    Peserta lomba ini mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia.
Anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia, frasa tersebut menunjukkan urutan yang semakin lama semakin meninggi (dari anak-anak sampai lansia).
g.    Antiklimaks (urutan ke bawah/menurun ke bawah)
Antiklimaks merupakan gaya bahasa yang berlawanan dengan klimaks. Dalam majas antiklimaks urutan pernyataan disusun terbalik dari puncak perbincangan menuju ringan.
Misalkan:   
Kepala sekolah, guru, karyawan, dan seluruh siswa SMK Plus NU Sidoarjo menyambut kehadiran Bapak Anies Basweda dalam kunjungannya.
Antiklimaks ditunjukkan dengan urutan ke bawah dari kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa.
h.     Aliterasi (bunyi awal sama)
Aliterasi lebih mudah kita jumpai dalam puisi. Majas aliterasi mengulang bunyi awal sehingga didapatkan bunyi awal yang sama.
Misalkan:    Inilah indahnya impian, insan ingat ingkar.

i.      Antanaklasis (homonim kata. kata sama makna beda)
Majas antanaklasis menggunakan kata yang sama namun memiliki makna yang berbeda.
Misalkan:    Buah penanya sangat bermanfaat bagi seluruh umat, sehingga untuk beberapa saat, ia menjadi buah bibir di kalangan akademisi.
Sama-sama menggunakan kata buah, namun antara keduanya jelas memiliki perbedaan. Buah pena berarti hasil karya (ciptaan dari tangan), sedangkan buah bibir berarti bahan perbincangan.
j.      Kiasmus (inversi/anastrof)
Kiasmus merupakan majas yang menggunakan perulangan kata yang lebih sering dalam kalimat inversi, penempatan predikat di depan subjek.
Misalkan:    Senang aku, akhirnya kamu datang!
Frasa senang aku berpola p-s.

(4)   Majas Sindiran
Karena sifatnya, dalam majas sindiran berfungsi sebagai peningkat kesan dan pengaruhnya. Majas sindiran juga terbagi dalam beberapa jenis,
a.     Ironi (bertentangan dengan maksud menyindir, sindiran halus)
Ironi merupakan sindiran yang paling halus. Menggunakan kata-kata yang berlawanan makna, sedikit memberikan pujian namun sindiran kemudian.
Misalkan:    Beri aplouse yang meriah untuk jawara terlambat kita bulan ini.
                  Bagus sekali tulisanmu, aku sama sekali tidak  bisa membacanya.
Terlambat bukanlah hal yang perlu dibanggakan sehingga mendapat aplouse. Justru jawara terlambat merupakan bentuk sindiran.
b.    Sinisme (sindiran langsung diberikan untuk orang lain)
Sinisme hampir seperti ironi, namun sinisme lebih kasar.
Misalkan:    Kamu kan cerdas, hanya masalah kecil tidak bisa menghadapi.
                  Melihat wajahmu, aku ingin muntah.
c.     Sarkasme (sindiran kasar dan tidak sopan)
Sarkasme merupakna sindiran yang paling kasar. Disebut kasar karena menggunakan kata-kata yang tidak sopan.
Misalkan:    Aku kira kamu bodoh, nyatanya kamu terlalu tolol.
                  Mikir itu pakai otak, bukan pakai dengkul.

                  Hai, monyet! Jaga ya bicaramu.

Kamis, 09 Maret 2017

Jenis puisi HAIKU

Sastra merupakan penggambaran kehidupan yang dituangkan melalui media tulisan. Terdapat hubungan yang erat antara sastra dan kehidupan, karena fungsi sosial sastra adalah bagaimana ia melibatkan dirinya ditengah-tengah kehidupan masyarakat (Semi, 1989:56).

Melalui sastra, pola pikir seseorang atau kelompok masyarakat dapat terpengaruh. Karena sastra merupakan salah satu kebudayaan, sedangkan salah satu unsur kebudayaan adalah sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, di dalam sebuah karya sastra tentu akan terdapat gambaran-gambaran yang merupakan sistem nilai. Nilai-nilai yang ada itu kemudian dianggap sebagai kaidah yang dipercaya kebenarannya, sehingga pola pikir masyarakat dapat terbentuk melalui karya sastra yang salah satunya dengan puisi.
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang kekuatannya terletak pada susunan kata-kata, sajak, dan citraan. Sedangkan berdasarkan penggolongan zamannya, perkembangannya puisi di Indonesia dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Puisi Lama
Puisi yang masih terikat oleh banyaknya larik tiap bait, banyaknya kata atau suku kata dalam tiap larik, rima, irama, serta tidak dicantumkan siapa pengarangnya. Macam-macam puisi lama:
a. Pantun (sajak empat seuntai). termasu di dalamnya Karmina (sajak dua seuntai), ataupun Talibun (sajak lebih empat seuntai)
b. Gurindam (sajak dua seuntai). gurindam palig terkenal adalah Gurindam dua belas, karya Ali Haji. gurindam ini terdiri atas dua belas fasal. masig-masing fasal memiliki tema yang berbeda yang terdiri dari dua kalimat seuntai yang saling berhubungan.
Gurindam I
Ini gurindam pasal yang pertama:
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma'rifat

Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.

Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang teperdaya.

Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah Ia dunia mudarat.

c. Syair (sajak empat seuntai)


             2. Puisi Baru
Puisi yang masih terikat oleh jumlah larik dalam tiap bait, tetapi sudah bebas dari ikatan yang lain dan nama pengarangnya sudah disertakan.
Macam-macam Puisi Baru:
a. Distikon (sajak dua seuntai)
b. Terzina (sajak tiga seuntai)
c. Kuatrain (sajak empat seunyai)
d. Kuint (sajak lima seuntai)
e. Sektet atau Double Terzina (sajak enam seuntai)
f. Septima (sajak tujuh seuntai)
g, Stanza atau Oktaf (sajak delapan seuntai)
h. Soneta (sajak 14 baris)
i. Sajak bebas (bebas dalam jumlah baris)

               3. Puisi Modern
Puisi yang sudah bebas dari semua ikatan
Macam-macam Puisi Modern:
a. Transparan
b. Prismatis
c. Kontemporer
d. Mbeling

sebab globalisasi yang turut mengembangkan dunia sastra termasuk puisi, kini banyak genre puisi yang diimport (sebab bukan asli genre puisi indonesia) dari negara asalnya. misalkan saja, puisi Haiku.

Apa itu HAIKU ?

Haiku (俳句?) adalah sejenis puisi Jepang, revisi akhir abad ke-19 oleh Masaoka Shiki dari jenis puisi hokku (発句?) yang lebih tua. Hokku tradisional terdiri dari 5, 7, dan 5 morae (suku kata)

Haiku kini menjadi lebih populer dikalangan sastrawan. Haiku merupakan puisi dengan tiga larik (triplet) yang masing-masing terdiri atas 5 - 7 - 5 suku kata, sehingga total ada 17 suku kata.

“Pagi merekah|Cericit burung|Hati berbunga”

Sekilas puisi Haiku ini terlalu sederhana, mungkin tak menyiratkan makna. Tapi memang demikianlah pakem Haiku. Menurut ahlinya, Haiku memang disajikan dengan sederhana, apa adanya. 
Ciri utama Haiku adalah ekspresi tentang alam, tentang hal-hal yang biasa kita lihat di sekeliling, tanpa menggunakan perumpamaan-perumpamaan (verbal trickery). Haiku juga minim tanda baca, karena kata-kata dalam Haiku sudah dianggap sebagai bisa mewakili tanda baca. 
Yang lebih penting lagi. Haiku harus punya dua unsur: ungkapan tentang alam dan exclamation (kata/frasa seru) di larik ke tiga. Karena itulah, karena minimnya kata-kata dan tanda baca, dalam Haiku, agaknya pembaca perlu berpartisipasi untuk memahami isi Haiku. Partisipasi pembaca diperlukan untuk mencari kata-kata yang ‘hilang’ di antara larik 1 dan 2, dan larik 2 dan 3, seperti yang saya tandai dengan garis tegak pada contoh Haiku di atas ( | ). Haiku di atas, agar maknanya lebih mudah diserap, akan enak bila disisipi kata ‘terdengar’ di antara larik 1 dan 2, dan kata ‘membuat’ di antara larik 2 dan 3. Masih kata para ahli Haiku Jepang, bila pembaca kurang sensitif, Haiku sulit dipahami. (kompasiana.com)

  Pagi merekah       (pa-gi-me-re-kah = 5 suku kata)
  Cericit para burung     (ce-ri-cit-pa-ra-bu-rung = 7 suku kata)
  Hati berbunga              Ha-ti-ber-bu-nga = 5 suku kata)\
aturan penulisan HAIKU
1. aturan teikei yang mengharuskan setiap haiku terdiri atas 17 silabel (5,7,5) 
2. menggunakan kigo. Kigo adalah kata yang menunjukkan musim kapan haiku tersebut dibuat. (Musim bisa termasuk cuaca)
3. temukan satu kata yang 'hilang' di antara larik 1 dan 2, dan larik 2 dan 3,


contoh lain,

salju mencair
Hati masih muram
Ia tak datang

aturan teikei, sudah jelas ada 12 silabel (suku kata). aturan kigo jug ada. Kigo (musim yang digunakan adalah salju). kata yang hilang. bisa saya tuliskan lagi haiku itu sehingga lebih dipahami menjadi : Salju mencair walaupun hati masih muram, sebab ia tak datang. pengunaan hilangkan kata ini bisa pada salah satu larik ataupun keduanya seperti contoh.


catatan.
Selesaikan TUGAS dengan baik. 

salam. Bu Rahma.