Terimakasih. Saya sangat menghargai karya.

< !- START disable copy paste -->

Kamis, 09 Maret 2017

Jenis puisi HAIKU

Sastra merupakan penggambaran kehidupan yang dituangkan melalui media tulisan. Terdapat hubungan yang erat antara sastra dan kehidupan, karena fungsi sosial sastra adalah bagaimana ia melibatkan dirinya ditengah-tengah kehidupan masyarakat (Semi, 1989:56).

Melalui sastra, pola pikir seseorang atau kelompok masyarakat dapat terpengaruh. Karena sastra merupakan salah satu kebudayaan, sedangkan salah satu unsur kebudayaan adalah sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, di dalam sebuah karya sastra tentu akan terdapat gambaran-gambaran yang merupakan sistem nilai. Nilai-nilai yang ada itu kemudian dianggap sebagai kaidah yang dipercaya kebenarannya, sehingga pola pikir masyarakat dapat terbentuk melalui karya sastra yang salah satunya dengan puisi.
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang kekuatannya terletak pada susunan kata-kata, sajak, dan citraan. Sedangkan berdasarkan penggolongan zamannya, perkembangannya puisi di Indonesia dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Puisi Lama
Puisi yang masih terikat oleh banyaknya larik tiap bait, banyaknya kata atau suku kata dalam tiap larik, rima, irama, serta tidak dicantumkan siapa pengarangnya. Macam-macam puisi lama:
a. Pantun (sajak empat seuntai). termasu di dalamnya Karmina (sajak dua seuntai), ataupun Talibun (sajak lebih empat seuntai)
b. Gurindam (sajak dua seuntai). gurindam palig terkenal adalah Gurindam dua belas, karya Ali Haji. gurindam ini terdiri atas dua belas fasal. masig-masing fasal memiliki tema yang berbeda yang terdiri dari dua kalimat seuntai yang saling berhubungan.
Gurindam I
Ini gurindam pasal yang pertama:
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma'rifat

Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.

Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang teperdaya.

Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah Ia dunia mudarat.

c. Syair (sajak empat seuntai)


             2. Puisi Baru
Puisi yang masih terikat oleh jumlah larik dalam tiap bait, tetapi sudah bebas dari ikatan yang lain dan nama pengarangnya sudah disertakan.
Macam-macam Puisi Baru:
a. Distikon (sajak dua seuntai)
b. Terzina (sajak tiga seuntai)
c. Kuatrain (sajak empat seunyai)
d. Kuint (sajak lima seuntai)
e. Sektet atau Double Terzina (sajak enam seuntai)
f. Septima (sajak tujuh seuntai)
g, Stanza atau Oktaf (sajak delapan seuntai)
h. Soneta (sajak 14 baris)
i. Sajak bebas (bebas dalam jumlah baris)

               3. Puisi Modern
Puisi yang sudah bebas dari semua ikatan
Macam-macam Puisi Modern:
a. Transparan
b. Prismatis
c. Kontemporer
d. Mbeling

sebab globalisasi yang turut mengembangkan dunia sastra termasuk puisi, kini banyak genre puisi yang diimport (sebab bukan asli genre puisi indonesia) dari negara asalnya. misalkan saja, puisi Haiku.

Apa itu HAIKU ?

Haiku (俳句?) adalah sejenis puisi Jepang, revisi akhir abad ke-19 oleh Masaoka Shiki dari jenis puisi hokku (発句?) yang lebih tua. Hokku tradisional terdiri dari 5, 7, dan 5 morae (suku kata)

Haiku kini menjadi lebih populer dikalangan sastrawan. Haiku merupakan puisi dengan tiga larik (triplet) yang masing-masing terdiri atas 5 - 7 - 5 suku kata, sehingga total ada 17 suku kata.

“Pagi merekah|Cericit burung|Hati berbunga”

Sekilas puisi Haiku ini terlalu sederhana, mungkin tak menyiratkan makna. Tapi memang demikianlah pakem Haiku. Menurut ahlinya, Haiku memang disajikan dengan sederhana, apa adanya. 
Ciri utama Haiku adalah ekspresi tentang alam, tentang hal-hal yang biasa kita lihat di sekeliling, tanpa menggunakan perumpamaan-perumpamaan (verbal trickery). Haiku juga minim tanda baca, karena kata-kata dalam Haiku sudah dianggap sebagai bisa mewakili tanda baca. 
Yang lebih penting lagi. Haiku harus punya dua unsur: ungkapan tentang alam dan exclamation (kata/frasa seru) di larik ke tiga. Karena itulah, karena minimnya kata-kata dan tanda baca, dalam Haiku, agaknya pembaca perlu berpartisipasi untuk memahami isi Haiku. Partisipasi pembaca diperlukan untuk mencari kata-kata yang ‘hilang’ di antara larik 1 dan 2, dan larik 2 dan 3, seperti yang saya tandai dengan garis tegak pada contoh Haiku di atas ( | ). Haiku di atas, agar maknanya lebih mudah diserap, akan enak bila disisipi kata ‘terdengar’ di antara larik 1 dan 2, dan kata ‘membuat’ di antara larik 2 dan 3. Masih kata para ahli Haiku Jepang, bila pembaca kurang sensitif, Haiku sulit dipahami. (kompasiana.com)

  Pagi merekah       (pa-gi-me-re-kah = 5 suku kata)
  Cericit para burung     (ce-ri-cit-pa-ra-bu-rung = 7 suku kata)
  Hati berbunga              Ha-ti-ber-bu-nga = 5 suku kata)\
aturan penulisan HAIKU
1. aturan teikei yang mengharuskan setiap haiku terdiri atas 17 silabel (5,7,5) 
2. menggunakan kigo. Kigo adalah kata yang menunjukkan musim kapan haiku tersebut dibuat. (Musim bisa termasuk cuaca)
3. temukan satu kata yang 'hilang' di antara larik 1 dan 2, dan larik 2 dan 3,


contoh lain,

salju mencair
Hati masih muram
Ia tak datang

aturan teikei, sudah jelas ada 12 silabel (suku kata). aturan kigo jug ada. Kigo (musim yang digunakan adalah salju). kata yang hilang. bisa saya tuliskan lagi haiku itu sehingga lebih dipahami menjadi : Salju mencair walaupun hati masih muram, sebab ia tak datang. pengunaan hilangkan kata ini bisa pada salah satu larik ataupun keduanya seperti contoh.


catatan.
Selesaikan TUGAS dengan baik. 

salam. Bu Rahma.

1 komentar: